Selasa, 18 Maret 2014

TUGAS 1 MELUKIS DENGAN CAT AIR

Pesona Alam Mulai Termakan Zaman

          Goresan-goresan kuas diatas kertas putih sungguh bisa menghasilkan beranekaragam hasil karya, salah satunya lukisan. Kali ini penulis menggunakan kuas dan cat air sebagai media untuk melukis di atas sebuah lembaran kertas gambar yang masih putih bersih. Cat air adalah sebuah bahan lukisan untuk mewarnai lukisan agar terlihat lebih indah dan berdaya estetis tinggi. Pada pertemuan pertama perkuliahan ini sebenarnya bukan kali pertama penulis menggunakan cat air sebagai bahan dasar melukis. Namun karena terakhir menggunakan cat air saat SD, maka penulis masih merasa canggung untuk menggoreskan kuas agar menghasilkan karya yang baik.

          Pada pertemuan ini adalah sebuah ajang berkreativitas penulis untuk menciptakan sebuah karya yang sebelumnya belum pernah terfikirkan apakah menjadi indah atau tidak nantinya. Namun dengan diiringi lagu “Juru Pencar” yang saat itu dinyanyikan oleh saya sendiri, dan teman lain diperintahkan untuk melukis dengan mengikuti aliran lagu yang saya nyanyikan, membuat saya terbersit satu hal. Meski awalnya tak tau akan jadi apa gambar tersebut, namun setelah dicampur dengan warna lain menghasilkan sebuah karya yang bisa dibilang menarik. Penulis tidak diberitahu seberapa campuran warna dengan air yang seharusnya tepat untuk dituangkan pada sebuah lukisan, namun penulis diberikan kebebasan tersendiri dan diharapkan dapat menemukan sendiri campuran yang tepat dan tepat dilakukan. Hal ini sesuai dengan teori konstruktivisme. Dan dengan menerapkan teori ini juga memberikan sebuah kebanggaan tersendiri dalam diri penulis jika bisa menemukan suatu karya baru yang belum pernah dibuat orang lain, namun penulis dapat lakukan.

          Saat mendengar lagu “Juru Pencar”, terbersit dalam ingatan penulis sebuah pemandangan alam yang indah, hamparan sawah dan laut yang damai. Namun di zaman globalisasi ini sulit untuk menemukan pemandangan yang indah seperti itu karena keindahan dan pesona alam telah termakan oleh zaman. Perilaku manusia yang sewenang-wenang terhadap alam membuat alam kita bersedih. Hutan kering dan sering disiarkan kabar kebakaran hutan, yang tergambarkan oleh pohon yang berwarna merah di sisi kanan dan kiri daratan yang dipisahkan oleh laut pada tersebut tersebut. Lapisan ozon pun menipis karena adanya pemanasan global / global warming. Akibatnya volume air laut meningkat dan daratan semakin terkikis oleh air. Cuaca pun tak menentu dibuatnya. Terkadang kemarau panjang, terkadang musim hujan tiba sebelum waktunya.  Nelayan yang semula memperkirakan cuaca akan cocok untuk melaut menjadi salah persepsi. Sehingga saat berada di tengah lautan tiba-tiba gelombang laut pasang dan terjadi badai. Hal ini sangat membahayakan kondisi nelayan-nelayan kita. Kehidupan alam bawah lautpun menjadi korbannya. Ikan-ikan sedikit demi sedikit mati karena limbah pabrik yang dibuang ke sungai dan bermuara di laut, sehingga mengganggu ekositem bawah laut termasuk terumbu karang tan tanaman laut yang berfungsi menghasilkan oksigen dan juga terkadang bisa menambah estetika alam laut apabila airnya jernih. Hal ini tergambarkan dalam lukisan penulis yaitu suasana alam laut yang berwarna biru pudar dengan seekor ikan tak berdaya. Keadaan indah itu sepertinya sulit dijumpai saat ini. Alam ini menangis karena ulah manusia-manusia yang tak bertanggung jawab. Oleh karena itu mulailah bangun dari tidur kalian wahai generasi muda. Sadarilah bahwa alam kita adalah sebuah titipan dari Tuhan yang harus dijaga kelestariannya. Bukannya mengeruk habiskan kekayaan alam kita. Marilah kita ikuti gerakan menanam seribu pohon dan kegiatan cinta alam lainnya, agar alam kita tetap terjaga kelestariannya untuk anak cucu kita nantinya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar